Saturday, April 6, 2013

Winter (2)

Aku takut. Bulu kudukku berdiri semua. Orang di belakangku masih memegang pundakku tanpa berkata apa-apa. Apakah dia.... pencuri? Penculik? Atau... Lupakan!

"Heh, Rena. Kamu kenapa?"

Dengan polosnya orang itu berkata seperti itu kepadaku. Aku masih takut, jadi aku masih belum kepikiran siapa dia. Aku masih diam tidak bergerak. Setelah aku sudah bisa mengendalikan diri, perlahan-lahan kepalaku bergerak ke belakang. Dan tau dia siapa? haha. Kok aku nggak kepikiran kalo dia orangnya?

"E-ena...?" seruku. Aku mengelus pipi sendiri. Kok nyebelin sih?

"Rasa takutmu masih ada tuh. Ilangin dulu sana," kata Ena sambil membuka pagar, "oh ya, konbanwa my beautiful imoutochan."

"Haha." Aku tertawa garing dan mengikuti Ena. "Malem juga."

"Pake bahasa Jepang dong... Ini kan Jepang," kata Ena sambil membuka pintu rumah.

"Kok aneh ya? Kita di Jepang tapi ngomong pake bahasa Indonesia. Keren. Btw, Konbanwa mo."

"Hahaha!"

Entah kenapa aku merasa khawatir dengan kakakku ini. Kok aku menganggapnya dia....... Hush! Rena! Jangan! Kamu jahat ih. Hahahaha...

Aku dan Ena masuk rumah dan aku langsung melempar tas. Tumben hari ini aku capek banget. Aku tiduran di sofa dan melihat Ena yang mukanya berseri-seri. Tumben. Ya, memang. Soalnya dia pasti ngeluh setiap pulang ke rumah. Sekarang, udah gak ngeluh, mukanya seneng lagi.

"Hey, neechan kenapa?" tanyaku santai.

"Apa? Kenapa? Gapapa kok," jawab Ena sambil mengambil gelas.

"Eeh, sama aku aja!" seruku sambil merebut gelas yang dipegang Ena dan mengisinya dengan air putih. "Ini neechan." gini-gini aku baik kan?

"Ya. Arigatou," katanya sambil duduk di sofa.

Aku mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih dan meminumnya. "Jawab dong pertanyaanku tadi."

"Pertanyaan apa?" tanya Ena.

"Tumben muka neechan seneng gak kayak biasanya," kataku. Aku masih penasaran, pasti.

"Ooh. Sini," kata Ena sambil menyuruhku untuk mendekat. Aku mengambil kursi dan duduk di hadapannya.

"Gimana ceritanya?" tanyaku.

"Habis aku pulang dari sekolah, okaasan minta aku temenin pergi. Katanya sih mau ketemu sama temennya. Pas ketemu temen okaasan, dia bawa anaknya. Anaknya keren. Haha!" jawab Ena.

Aku hanya ber-oh saja. Aku dari dulu gak pernah kepikiran bakal pacaran. Temenan sama cowok aja gak kepikiran sama sekali. "Eh, dia cowok?"

Ena melirikku kesal. Aku nyengir. Pertanyaan itu cuma candaan aja kok... Tapi, tiba-tiba aku jadi tertarik gini ya? Tapi, bukan bermaksud aku buat dipacarin. Aku masih kecil. Masih umur 13 tahun. Tapi... kok? Jadi penasaran ya...

(to be continued)