Hani menoleh. Ternyata Jeje yang
memanggilnya.
"Ada apa?" tanya Hani. Jeje hanya
menunjuk-nunjuk kertas kecil yang dipegangnya.
"Apa maksudnya ini?" Jeje balik
bertanya sambil terus menunjuk-nunjuk kertas kecil dengan tatapan marah.
"Kenapa? Ada yang salah?" ujar Hani
sambil merebut kertas tersebut. Dia membacanya dan menoleh ke Jeje.
"Kau menyadarinya kan?!" seru Jeje
dan mukanya memerah saking kesalnya.
"Ada apa sih? Sudah dulu ya, aku mau
pulang," kata Hani santai sambil meninggalkan Jeje. Inilah kebiasaan Hani, suka
jahil dan membuat teman-temannya marah, tapi dia tidak mengakuinya.
Sampai saat itu, dalam kertas kecil
yang dipegang Jeje isinya adalah ejekan untuknya yang dibuat Hani. Semua orang
sudah tahu bahwa Jeje anak yang gampang marah, walaupun begitu Hani tetap
menjahilinya. Dia senang melihat Jeje marah tak terkendali.
Hani berlari pulang karena tidak mau
terkena marah Jeje. Dia tertawa-tawa sendiri saking senangnya mengganggu Jeje.
Lalu seseorang memanggilnya, "Hani!"
"Eh, Xave!" seru Hani dengan tatapan
senang. Xave adalah temannya yang juga suka menjahili seseorang. Bisa dibilang
mereka satu tim.
"Hari ini kamu jailin siapa aja?" tanya Xave.
"Banyak. Ada Natasha, Fitri, Hanifa,
Veren, Licya, dan Jeje," jawab Hani sambil memasukkan permen mainannya untuk
dijadikan jailan ke temannya besok.
"Wah? Kau jailin Jeje? Bagaimana
tampangnya?" tanya Xave lagi sambil membayangkan wajah Jeje saat sedang marah.
"Kau pasti tidak tahan dengan
wajahnya!" seru Hani sambil tertawa puas. Xave juga ikut tertawa.
"Oh iya, hari ini kamu menjahili
siapa aja, Ve?" tanya Hani.
"Ooh.. hanya 4 orang. Ada Aldy,
Daffa, Panji, dan Siddhi," jawab Xave. "Tapi mereka biasa saja, mungkin mereka
sudah biasa dengan tipuanku. Lebih baik besok aku ganti korban."
"Sudah kuduga, tipuanmu juga sudah
pasaran dan juga tidak seru. Aku punya barang baru," kata Hani sambil
memberikan Xave sebuah permen karet yang jika dipegang akan meledak.
"Apakah ini permen karet yang
meledak itu?" tanya Xave.
"Iya! Aku baru membelinya kemarin.
Aku belum mencobanya, tapi sepertinya permen karet itu dapat bekerja dengan
baik," jawab Hani. Xave mengangguk-angguk dan menyimpan permen karet itu ke
tasnya.
*
Keesokan harinya, Hani dan Xave
beraksi lagi. Kali ini Hani akan menjaili Salsa. Saat istirahat dia menghampiri
Salsa yang sedang membaca buku di kelas.
"Hey, Salsa!" panggil Hani dengan
senyum jahilnya. Salsa menoleh padanya.
"Ya, ada apa Hani?" jawab Salsa.
"Kamu gak snack?" tanya Hani sambil
duduk di sebelahnya.
"Aku gak bawa uang," jawab Salsa
datar.
"Aku bawa cokelat batang nih. Kamu
mau?" tanya Hani sambil memperlihatkan cokelat batangnya. "Aku bawa lima nih."
"Gak usah, aku gak lapar. Itu juga
bekal kamu," ujar Salsa.
"Ayo, ambil aja, gapapa," kata Hani
sedikit memaksa. Salsa menggelengkan kepalanya.
"Ya udah kalau gamau. Tapi kalau
kamu berubah pikiran, aku tinggalkan cokelatnya di sini ya," kata Hani sambil
menyimpan cokelat batangnya di meja Salsa dan meninggalkannya. Hani kembali ke
kursinya dan melihat gerak-gerik Salsa.
Saat yang ditunggu-tunggu pun
datang. Salsa mengambil cokelat batang yang pertama, saat dia menggigitnya,
mukanya langsung memerah dan matanya berair. Ternyata, cokelat batang yang
Salsa ambil adalah cokelat yang dalamnya terdapat 5 buah cabe rawit. Salsa
langsung mencari air minum. Hani tertawa terbahak-bahak dan untung saja Salsa
sudah keluar kelas untuk mencari air minum.
Pulang sekolah pun tiba. Hani
langsung menghampiri Xave yang sedang memasukkan mainan tipuannya ke dalam tas.
"Hai! Bagaimana? Berhasil menipu
Ariq?" tanya Hani sambil menepuk tas Xave.
"Berhasil! Ternyata permen karet
yang diberikanmu efeknya bagus banget! Sampai sekarang Ariq masih takut tuh
dengan ledakannya, mungkin dia masih terbayang-bayang dengan suara ledakannya," jawab Xave sambil menunjuk Ariq yang badannya masih gemetaran. Hani dan Xave
tertawa puas.
"Oh ya, hari ini kamu jailin siapa?" tanya Xave pada Hani.
"Salsa! Walaupun cuma jailin Salsa,
tapi aku puas banget!" jawab Hani sambil tertawa.
"Apa yang kau lakukan ke Salsa kali
ini?" tanya Xave tidak sabar.
"Kali ini aku memberinya cokelat
batang. Dia memakan cokelat batang yang isinya ada 5 cabe rawit," jawab Hani. "Dan lihatlah."
Hani mematahkan salah satu cokelat
batang yang dikembalikan Salsa padanya. Isi cokelat batang yang dipatahkan Hani
adalah garam.
Sambil pulang Hani dan Xave terus
tertawa saking gelinya dengan cerita-cerita tadi. Hani masih menyiapkan 3
cokelat batang yang isinya bermacam-macam. Dan target dia besok adalah Rana,
Mei, Diana, Fani, dan Nanda.
"Hey Xave, besok kamu menjahili
siapa?" tanya Hani.
"Maunya sih Hamzah, Fendi, dan
Mikail," jawab Xave. "Kalau masih sempat aku juga mau menjahili Ivan."
"Wah, oke.. awas, hati-hati nanti
pas ngejailin Fendi!" ucap Hani.
"Yap, tenang aja," kata Xave santai.
Lalu mereka berdua berdiskusi akan
menjahili dengan tipuan seperti apa dan seperti apa barangnya. Mereka juga
mampir dulu di toko mainan untuk persiapan besok. Dengan tidak mereka sadari
Adilla, Annisa, dan Rania melihatnya dan mendengar pembicaraan Hani dan Xave.
*
Keesokan harinya, Hani kembali
beraksi. Saat jam istirahat, dia menghampiri Rana di kantin yang sedang makan
bersama Mei, Fani, dan Nanda.
"Hey semua!" sapa Hani mencoba untuk
ramah.
"Hai, Ni," balas Rana.
Lalu Hani mengeluarkan sesuatu dari
tas kecilnya, "Nih, ada yang mau?" Hani menawarkan 4 permen yang berbeda-beda
rasanya.
"Permen merk apa itu?" tanya Nanda. "Aku belum pernah melihatnya."
"Permennya memang gak terkenal sih.
Tapi halal kok, percaya deh," jawab Hani sambil tersenyum iseng.
"Aku nggak deh, lagi gak mood," kata
Mei sambil tersenyum kecil. Dalam hati Hani sedikit kecewa, tapi untuk Mei dia
punya tipuan lain.
"Kalau Fani, Rana, sama Nanda
gimana? Mau gak?" tawar Hani dengan tampang memelas.
"Oke deh aku ambil satu," jawab Fani
sambil mengambil permennya dari tangan Hani dan membuka bungkusnya.
"Sini, aku ambil satu," ujar Rana
dan mengambil permennya.
"Nanda mau? Ayo! Rugi loh kalau gak
makan permen ini," kata Hani sedikit memaksa.
"Nyobain deh." Nanda mengambil
permennya dan membuka bungkus dan memakannya. Dan sisa satu permen di tangan
Hani, yang awalnya untuk Mei, tapi kali ini dia akan memberikan permen ini ke
Diana.
"Oke.." dalam hati Hani senang dan
kembali berkata, "Oh ya, ada yang tahu sekarang Diana ada di mana?"
"Kalau gak salah dia ada di kelas," jawab Mei dan Fani berbarengan.
"Ooh, terima kasih!" seru Hani
sambil meninggalkan mereka berempat sambil tersenyum puas.
Lalu Hani kembali ke kelas dan
melihat ada Diana yang sedang memainkan hpnya. Hani menghampirinya dan
menyapanya, "Hai, Diana!"
"Oh, hai," balas Diana.
"Kamu gak jajan?" tanya Hani.
"Tadi udah kok," jawab Diana.
"Nih, kalau kamu masih lapar," ujar
Hani sambil menyodorkan satu permen rasa jeruk yang tersisa.
"Gak usah ah," balas Diana datar.
"Udah gapapa, aku ikhlas kok. Ayo
ambil aja, ayo!" kata Hani sedikit memaksa. Diana orangnya gampang termengaruh
jika ada yang memaksanya.
"Iya iya aku ambil permennya," jawab
Diana dan mengambil permen di tangan Hani. Dia membuka bungkusnya dan
mengemutnya. Tak lama kemudian tampangnya berubah.
"Kenapa, Di?" tanya Hani pura-pura
tidak tahu.
"Ugh, aku mau ke toilet sebentar
ya!" seru Diana sambil berlari menjauh. Hani tertawa terbahak-bahak melihat
itu. Dia juga yakin bahwa Rana, Fani, dan Nanda juga akan ke toilet.
Sebenarnya permen itu sudah dicampur
dengan bubuk mules. Jadi, yang memakan permen itu akan merasa mules, dan bubuk
itu hanya bereaksi selama dua hari. Hani masih tertawa terbahak-bahak dan dia
puas apa yang tadi ia lakukan.
*
Hari itu Hani belum sempat mengerjai
Mei. Meinya selalu berhalangan, saat dia mau menjailinya, Mei sedang mengobrol
dengan guru. Hani tidak mau melakukannya di depan guru dan dia tidak mau
terkena marah dari guru. Dan saat mau menjaili Mei yang kedua kalinya, Mei
sedang ada di ruang mading yang diawasi kepala sekolah. Dan Hani memutuskan
besok dia akan mengerjakan Mei, Nabila, Aya, Nisa, Adilla, dan Annisa. Kenapa
banyak? Karena Aya, Adilla, dan Annisa selalu di dalam kelas mereka setiap
istirahat, sedangkan Nabila dan Nisa mereka selalu di lapangan untuk menonton
laki-laki main bola. Dan Mei, dia harus langsung mengerjainya besok dan target
pertamanya Mei.
Hani kembali mengobrol dengan Xave. Seperti
biasanya mereka tertawa puas dengan cerita masing-masing. Dan mereka kembali
membeli barang tipuan untuk besok, mereka membeli sampai sekardus untuk dibawa
sebagian besok karena target Hani dan Xave banyak.
*
Keesokan harinya, saat jam
istirahat, Hani kembali mengerjai teman-temannya. Dan dia bisa mengerjai Mei
tapi tidak begitu bagus, Mei bukan tipe orang yang heboh, dia bisa dibilang
lempeng. Setelah itu dia mengerjai Nabila dan Nisa dan berhasil. Selanjutnya,
Annisa dan Adilla!
Hani memasuki kelas Annisa dan Adilla, dan dia
pergi ke tas Adilla dan diam-diam memasukkan kecoa kecil ke dalam tasnya. Jadi
saat Adilla membuka tasnya, kecoa itu akan loncat dan menempel di bajunya dan
pastinya itu hanya kecoa mainan.
"Hai Adilla, Annisa!" sapa Hani.
"Hai Hani," balas Adilla dan Annisa
berbarengan.
"Eh, Adilla, aku boleh pinjam buku
catatanmu?" tanya Hani.
"Oh, boleh kok. Tunggu sebentar ya," jawab Adilla sambil menuju tasnya dan Hani sudah berharap agar kecoa mainan
tadi dapat berhasil.
Dan saat Adilla membuka tasnya,
kecoa mainan itu lompat dan menempel ke baju seragamnya. Adilla syok dan
langsung pingsan. Annisa menahannya dan Hani menahan tawanya. Lalu satu kelas
itu membawa Adilla ke UKS, Hani juga ikut ke UKS untuk melihat keadaannya. Dia
tidak mau hanya karena jailannya Adilla menjadi sakit parah.
Saat Hani dan teman-teman lainnya
mau masuk ke UKS, petugasnya tidak mengizinkan dan hanya menyuruh kembali ke
kelas. Dan Hani memutuskan akan menjenguknya pulang sekolah karena dia dengar
bahwa Adilla harus dirawat sementara di UKS. Hani tidak menyangka bahwa akan
terjadi kejadian seperti ini.
Lalu saat pulang sekolah, saat Hani
hendak ke UKS, dia bertemu dengan Annisa dan menyapanya, "Hai Annisa! Kamu mau
ke mana?"
"Aku mau menjenguk Adilla, kasian
dia. Jantungnya lemah, dan jika ada yang membuatnya syok atau kaget tiba-tiba,
dia bisa pingsan dan mungkin bisa meninggal. Tapi kuharap tidak," jawab Annisa.
Hani kaget dalam hati, apa dia bisa membuat Adilla meninggal sekarang?
"Oh ya, kamu juga mau ke mana?" tanya Annisa.
"Oh, aku juga mau menjenguk Adilla," jawab Hani sambil tersenyum paksa.
"Ayo bareng," ajaknya. Hani hanya
tersenyum mengiyakan.
Sesampainya di UKS, mereka masuk
kamar 3, tempat Adilla. Saat mereka masuk, mereka melihat Adilla terbaring
lemah di ranjang.
"Hai Adilla," sapa Annisa sambil
duduk di kursi samping ranjang tempat Adilla.
"Hai, Annisa..." balas Adilla. "Hai
juga Hani..."
Hani hanya mengulumkan senyum saja.
Dia tahu dia bersalah, tapi dia tidak mau mengaku bahwa dialah yang memasukkan
kecoa mainan ke tas Adilla.
"Waktuku tinggal sedikit," kata
Adilla sambil tersenyum kecil.
"Maksudmu?" tanya Hani tidak
mengerti.
"Udah, gak usah dibahas," jawab
Adilla. Annisa hanya terdiam, dia mengerti apa maksud ucapan Adilla.
Lalu suasana hening, tidak ada yang
berbicara. Dan Annisa langsung angkat bicara, "Hey, Adilla! Kamu mau snack?
Kalau mau nanti aku belikan, kantin belum tutup jam segini."
"Boleh.." balas Adilla, "Terima
kasih ya."
"Ya, tentu," jawab Annisa. "Aku
keluar dulu ya."
Hani dan Adilla mengangguk mengiyakan.
Lalu suasana kembali hening selama 3 menit.
"Ngg.. Adilla," kata Hani.
"Ya?" jawab Adilla.
"Kalau aku boleh tahu, kamu sakit
apa? Kok akhir-akhir ini aku jarang liat kamu?" tanya Hani.
"Aku sakit biasa. Aku gak masuk
karena ada keperluan keluarga kok," jawab Adilla sambil tersenyum.
Hani tahu Adilla berbohong, tapi dia
hanya bisa mengiyakan, "Oooh..."
*
Keesokan harinya Hani mendapat kabar
bahwa Adilla masuk rumah sakit. Hani tambah syok, dan pulang sekolah juga nanti
Hani akan menjenguknya ke rumah sakit dan dia juga sudah mendapatkan alamat
rumah sakitnya.
Dan saat dia sudah sampai di rumah
sakit seusai sekolah, dia kembali bertemu dengan Annisa. "Hey, Annisa!" panggil
Hani.
"Eh, Hani," balas Annisa. "Kamu mau
jenguk Adilla?"
"Iya! Kamu juga?" Hani balas
bertanya. Annisa mengangguk.
Sesampainya di kamar tempat Adilla
dirawat, Hani dan Annisa masuk dan melihat lagi Adilla yang terbaring lemah.
Mereka menyapanya tapi tidak dijawab. Mereka yakin Adilla sedang tidur, karena
mereka tidak mau mengganggunya, akhirnya mereka menunggu di luar.
Tapi 4 jam mereka menunggu Adilla
tidak bangun-bangun. Wajar sih, orang sakit memang sebaiknya tidur. Lalu
seorang dokter bersama susternya memasuki ruangan Adilla dan Hani serta Annisa
tidak tahu apa yang dilakukan dokter tersebut. Tak lama orangtua Adilla datang
dan dokter keluar dari ruangan Adilla. Dokter sempat berbincang-bincang dengan
orangtua Adilla.
Dan Hani serta Annisa melihat ibu
Adilla yang menangis. serentak mereka bingung apa yang terjadi. Lalu mereka
bertanya pada dokter.
"Kalian siapanya Adilla?" tanya
dokter.
"Kami temannya, dok," jawab Annisa. "Apa yang terjadi pada Adilla?"
"Waktu untuknya sudah habis," jawab
dokter. Dan dokter meninggal mereka, sementara Annisa syok dan langsung
menangis. Dan kali ini Hani mengerti apa yang terjadi pada Adilla, singkatnya,
Adilla meninggal.
*
Hanya karena kejailan, ternyata dapat
menimbulkan kekacauan. Hani belum sempat meminta maaf, apalagi belum mengaku
bahwa dia yang melakukan itu pada Adilla. Baru kali ini Hani menangisi orang
yang meninggal. Dan orang itu bukan salah satu orang yang Hani sayangi.
Adilla,
maafkan aku. Kutahu kau kesal, kutahu kau benci padaku. Tapi sumpah, aku tidak
tahu kalau kejadiannya sampai seperti ini. Akulah yang membuatmu seperti ini. Maafkan
aku, Adilla.... maafkan aku... aku menyesal... maafkan aku...
No comments:
Post a Comment